W.J. van Thiel(Alm)
Direktur 1945-1949
Sulit untuk dipastikan kapan W. J. van Thiel mulai memimpin rumah sakit, tapi yang jelas sebelum Jepang menduduki tatar Pasundan tahun 1942. Begitu pula setelah Jepang menyerah pada tahun 1945 beliau masih memimpin rumah sakit ini sampai tahun 1948, meskipun pada waktu itu, tepatnya tahun 1948, rumah sakit sudah di bawah naungan Kotapraja Bandung.
Keluarganya pernah mengunjungi RSHS pada tahun 2003 yang diterima oleh Direktur Utama, Prof. Dr. dr. CissyRS.Prawira, SpA(K), M.Sc.
Dr, H.R. Paryono Suriodipuro (Alm)
Direktur 1949-1953
Dokter kelahiran Banyumas pada tanggal 3 November 1901 ini lulus dari STOVIA-Batavia pada tahun 1928 dan langsung bekerja sebagai dokter di RS Tasikmalaya. Pada tahun 1930 bertugas sebagai dokter di RS Garut dan dari tahun 1933 s.d. 1945 menjadi Kepala RS Garut. Pada tahun 1945 pindah ke Yogyakarta dan menjadi tentara, kemudian pada tahun 1946 ditugaskan menjadi dokter tentara bagian persenjataan TNI di Klaten.
Pada tahun 1946 bekerja di Kementerian Kesehatan RI, kemudian pada tahun 1949 ditugaskan menjadi Kepala RS Rantja Badak Bandung sampai tahun 1953. Setelah itu, beliau dipindahkan ke Semarang menjadi kepala RSUP Semarang sampai memasuki masa pensiun pada tahun 1959.
Beliau wafat pada tanggal 5 Februari 1962 karena serangan jantung dalam perjalanan menuju tempat praktik di Kudus dan dimakamkan di Semarang.
dr. H. Chasan Boesoirie, Sp.THT (Alm)
Direktur 1953-1965
Lahir di Semarang pada tanggai 15 Agustus 1910. Beliau lulus menjadi dokter dari NIAS Surabaya pada tanggal 2 Jum 1937. Setelah lulus, beUau bekerja di Dinas Pemberantasan Malaria Surabaya, selama 3 bulan, selanjutnya tahun 1937-1941, menjadi dokter tentara di Weda, pulau Halmahera Maluku Utara. Pada waktu itu beliau merupakan dokter pertama dan satu-satunya dokter di sana. Pada tahun 1941 menjadi Dokter Kepala di Maluku Utara dan sebagai Kepala RS Ternate.
Pada masa penjajahan Jepang, bulan Juni tahun 1945 beliau ditangkap tentara Jepang di Ternate dan dipenjara di kamp konsentrasi setama 3 bulan, Beliau kemudian terpillh menjadi Kepala Daerah untuk mewakili penyerahan kekuasaan pemerintahan Jepang karena pada waktu itu Jepang kalah dan menyerah kepada Sekutu.
Pada tahun 1952 dr. Chasan Boesoirie ditawari menjadi Gubernur Maluku, namun beliau lebih memilih berkiprah di bidang kesehatan. Kemudian beliau diangkat menjadi Wakil Direktur di RS Rantja Badak, Sambil menjadi Wakil Direktur beliau memperdalam bidang spesialisasi Telinga,Hidung dan Tenggorokan. Pada tahun 1953 beliau diangkat menjadi Direktur RS Rantja Badak sampai tahun1965. Setelah pensiun sebagai Direktur RS Rantja Badak, pada tahun 1965-1970 beliau menjadi Pembantu Dekan II di Fakultas Kedokteran UNPAD.
dr. Hasan Sadikin (Alm)
Direktur 1965-1967
Tahun 1962 dr. Hasan Sadikin diangkat rnenjadi Dekan FK UNPAD dan pada bulan Agustus 1965 juga diangkat menjadi Direktur RS Rantja Badak menggantikan dr. H. Chasan Boesoirie.Sp THT. Pada saat beliau menjabat posisi ini, pada tanggal 16 Juli 1967 beliau wafat. Kemudian sebagai penghormatan atas jasa beliau, pemerintah mengganti nama RS Rantja Badak menjadi RS dr. Hasan Sadikin.
dr. R. Adjidarmo (Alm)
Direktur 1967-1970
dr. Adjidarmo lahir di Pasuruan pada tanggal 17 September 1921 dan gelar dokter diperoleh dari NIAS Surabaya. Pada tahun 1943-1952 beliau bekerja di RS Misi Kabupaten Lebak, Rangkasbitung. Tahun 1945 beliau menjabat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rangkasbitung, serta menjadi dokter perjuangan, pembantu para pejuang Rl terutama di daerah Rangkasbitung dan Bogor. Pada waktu itu beliau adalah satu-satunya dokter di daerah tersebut. dr. Adjidarmo bertugas di Rangkasbitung sampai tahun 1958. Pada tahun 1958 – 1960 berdinas di Dokares Banten lalu di pindahkan ke Dokares Phangan dari tahun 1960 hingga 1963. Pada tahun 1965-1967 beliau diangkat menjadi Wakil Direktur RS dr. Hasan Sadikin Bandung. Kemudian pada tahun 1967-1970 menjabat sebagai Direktur.
dr. Tubagus Zuchradi (Alm)
Direktur 1970-1975 & 1975-1979
Dokter kelahiran Bandung 9 Februari 1924 ini lulus dari Sekolah Dasar di Ksatria Institut (Douwes Dekker) Bandung pada tahun 1938 dan dari Government Lyceum (HBS B) pada tahun 1942.
Selanjutnya, beliau meneruskan pendidikan ke SMT Yogyakarta (1942-19-14). Tahun 1944-1945 sekolah di Ika Dai Gaku Jakarta, kemudian melanjutkan ke Sekolah Tinggi Kedokteran Klaten (1946-1950) dan ke Fakultas Kedokteran Gadjah Mada (1950-1956) sampai lulus sebagai dokter. Tahun 1950-1956, turut membantu membangun Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Bagian Histologi dan memimpinnya. Sewaktu masih kullah, beiiau sudah bekerja menjadi Kepala Bagian Histology Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta (1951-1956). Tahun 1957-1964 bekerja di Bagian Bedah/Anestesiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, sambil mengikuti pendidikan dokter spesialis anestesi. Tahun 1964-1984 dr. Zuchradi SpAn menjadi Kepala Bagian Anestesiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dan tahun 1964-1970 diangkat menjadi WakiI Direktur, kemudian terakhir menjadi Direktur RSUP Dr, Hasan Sadikin Bandung dari tahun 1970 sampai 1979. Pada masa kepemimpinannya, berhasil dibuat Master Plan RSHS 1972.
Prof. dr. SuganaTjakrasudjatma, SpM
Direktur 1979-1985
Profesor kelahiran Cirebon 14 Juli 1926 ini menjalani sekolah dasar di HIS (Hollands Inlandsche school) Kuningan pada tahun 1932-1940. Setelah tamat SMA dilanjutkan ke Perguruan tinggi di Klaten, mengambil jurusan kedokteran yang hanya satu tahun karena turut menjaga keamanan di Kebumen. Beliau menyelesaikan pendidikan kedokterannya di FK Perjuangan Jakarta pada tahun 1959, kemudian mengambil spesialis mata di UI tahun 1959-1962. Tahun 1963 dipindahkan ke Bandung untuk mengajar di Bagian Mata UNPAD, dan ditempatkan di RS Mata Cicendo. Tahun 1964 dikirim ke St. Louis University untuk pendidikan tambahan Opthalmologi sampai tahun 1965. Pada tahun 1972 mengikuti pendidikan tambahan di Universitas Gent Belgia dan pada tahun 1975 mengikuti pendidikan Pubtic Health Administration Course Colombo Plan, di Sidney Australia.
Karir dalam manajemen rumah sakil diawali dengan diangkatnya beliau menjadi Direktur RS Mata Cicendo, merangkap menjadi Kepala Seksi Kesehatan Mata Jawa Barat. Tahun 1979 beliau diangkat menjadi Direktur RSUP Dr. Hasan Sadikin. Tahun 1981 mengikuti Sespa Depkes 100 hari di Jakarta dan menjadi guru besar. Tahun 1984 beliau diangkat menjadi Kepala Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan DEPKES RI,namun masih merangkap sebagai Direktur RSHS sampai tahun 1985.
dr. Iman Hilman, SpR
Direktur 1985-1989
Lahir dl Cirebon pada tanggal 6 Agustus 1930. Pada tahun 1957-1959 menjadi Asisten Ahli Bagian llmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan, di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, Beberapa program pendidikan yang diikuti, di antaranya tahun 1961-1962, pendidikan School of Public Health & Hygiene, John Hopklns University Baltimore, MD, USA; tahun 1966 Sekolah Kesatuan Komando Angkatan Udara di Jakarta dan pada tahun 1968-1972 mengikuti pendidikan Spesialis Radiologi di FK UNPAD Bandung dan FK UI Jakarta, Pada tahun 1959-1985 bekerja di TNI-AU dengan jabatan terakhir sebagai Kepala RS PusatTNI-AU dr. Moch Salamun di Bandung- Tahun 1985-1989 menjadi Direktur Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, Pada masa kepemimpinan beliau dimulai pengembangan pelayanan hemodialisis dengan bantuan mesin hemodialisis dari Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud.
dr. H. Oman Danumihardja, SpPD (Alm)
Direktur 1989-1995
Lahir di Bandung pada tanggal 1 April 1935, Meraih gelar dokter pada tahun 1967 dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Kemudian meraih gelar dokter spesiatls penyakit dalam pada tahun 1991 dan langsung menjadi staf di Bagian llmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Perjalanan karirnya di RSHS dimulat sebagai Kepala UPF/Lab, llmu Penyakit Dalam RSHS/FKUP, dan merangkap sebagai Kepala Unit Rawat Jalan. Pada tahun 1985-1989 menduduki jabatan sebagai Wakil Direktur Pelayanan Medis RSHS. Seianjutnya beliau diangkat menjadi Direktur RSHS periode 1989-1995,
Selama menduduki jabatan Direktur, pada tahun 1992 RSHS ditetapkan sebagai rumah sakit Swadana, yang memberikan dukungan kepada manajemen RSHS untuk rnenggali potensi pendapatan rumah sakit secara optimal, dan berhasil menyusun Master Plan RSHS tahun 1995 dengan filosofi “Integrasi Pelayanan Medis dan Pendidikan Kedokteran untuk Penlngkatan Mutu Hidup Manusia” sebagai dasar untuk mewujudkan RSHS sebagai Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia. Penyusunan master plan ini dibiayai dari bantuan lunak pemerintah Jepang (Soft Loan JBIC).
dr. H. Rachman Maas, SpR
Direktur 1995-1998
Lahir di Bandung pada tanggal 21 November 1937 dan menyelesaikan pendidikan kedokteran di FakuLtas Kedokteran UNPAD Bandung pada tahun 1965. Gelar Dokter Spesialis Radiologi diraih pada tahun 1975 dan
kemudian menjadi Staf UPF/Lab. Radiologi RSHS/FKUP.
Karirnya dalam manajemen di RSHS diawali sebagai Kepaia Sidang Petayanan Medik, kemudian diangkat menjadi Wakil Direktur Pelayanan Medik (1979-1985), menjadi Direktur Penunjang Medik dan Instalasi (1985-1939) dan menjadi Wakil Direktur Umum dan Keuangan (1985-1995). Pada tahun 1995 beliau diangkat sebagai Direktur RSHS sampai dengan tahun 1998. Semasa kepemimpinan beliau sebagai Direktur RSHS, Master Plan RSHS Tahun 1995 mulai direallsasikan sesuai konsep “integrasi pelayanan medis dan pendidikan kedokteran”, baik secara manajeriai maupun dalam pembangunan sarana fisik. Pengembangan manajemen mutu rumah sakit dilaksanakan melalui kegiatan TQM/GKM, dan pengembangan teknologi Sistem Informasi Rumah Sakit mulai dirintis melalui komputerisasi dalam pelayanan farmasi, administrasi kepegawaian dan administrasi aset barang milik negara. Pada tahun 1997 tersusun Master Plan Komputerisasi Sistem Informasi Rumah Sakit.
dr. H. Empu Driyanto, SpTHT
Direktur 1998-2003
Lahir di Banjamegara pada tanggal 28 Oktober 1942. Pada tahun 1970 menyandang gelar dokter dari Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung. Pada tahun 1980memperoleh gelar sebagal Dokter SpesialisTHT dan langsung menjadi staf UPF/Lab. THT RSHS/FKUP Bandung. Karirnya dalam bidang manajemen di RSHS dimulai sebagai Kepala Instalasi Rawat Jalan, kemudian menjadi Wakil Direktur Penunjang Medis dan Pendidikan (1995-1998). Pada periode ini, beliau dipercaya menjadi Pemimpin Proyek Pengembangan RSHS tahap I dan implementasi Master Plan RSHS Tahun 1995 melalui bantuan lunak dari Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) yang kemudian berganti nama menjadi Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Pada tahun 1998 beliau menjadi Direktur RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung sampai tahun 2001. Setelah pensiun dari jabatan direktur, beliau diangkat menjadi Anggota Dewan Pengawas Perjan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Prof. Dr. Cissy R.S. Prawira, dr., SpA(K), M.Sc,
Direktur Utama 2001 – 2009
Prof. Dr. Cissy R.S. Prawira, dr., SpA(K), M.Sc. lahir di Yogyakarta pada tanggal 30 Juli 1947. Sebelum mengabdi di RSHS beliau bekerja di RS Dustira, Cimahi, kemudian ditugaskan di RSU Serang Bandten. Selanjutnya beliau diangkat menjadi Direktur Utama RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung sejak tahun 2001 sampai 2009. Pada awal kepemimpinan beliau, RSHS berstatus Perusahaan Jawatan (Perjan) dan berubah menjadi rumah sakit yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum tahun 2005.
dr. H.M. Rizal Chaidir, SpOT(K), M.Kes(MMR), FICS
Direktur Utama 2009-2010
dr. De Is, begitulah sapaan akrab beliau, lahir di Bandung pada tanggal 10 Juli 1950. Beliau sempat belajar di Sekolah Militer menjadi Perwira Wamil ABRI, Resident Training Orthopaedi di Philipina, Ilmu Bedah Tangan di Hongkong, S2 Managemen RS di UGM, S2 Kesehatan di UNISBA, dan saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Sebelum mengabdi di RSHS pada tahun 1988, beliau mengabdi di FK UNPAD, Militer ABRI, dan Kepala Urusan Kesehatan Pangkalan Udara Singkawang. Di RSHS sendiri pengabdiannya diawali sebagai staff Bag. Orthopaedi, Ketua Bag. Orthopaedi dan beberapa jabatan penting lain, hingga menjadi Dirut RSHS pada tahun 2009-2010.Kini beliau beraktifitas di Bag. Orthopaedi RSHS.
dr. H. Bayu Wahyudi, MPHM, Sp.OG
Ditektur Utama tahun 2010-2014
dr. Bayu lahir di Jakarta, 1 Maret 1962. Setelah mnyelesaikan pendidikan SMU, beliau mengambil studi kedokteran di FK Unsri Palembang. Gelar Magisternya di dapat di PHC Management AIHD Mahidol Univ. Bangkok, Thailand, dan kembali ke Fakultas Kedokteran Unsri menjalani pendidikan spesialis Kebidanan & Kandungan.
Puskesmas di Air Sugihan Sumsel menjadi saksi pengabdian pertamanya (1990-1992). Kemudian beliau mengabdi di beberapa tempat di sekitar Sumatra, hingga pada tahun 2005 menjadi Direktur RS Kusta Sungai Kundur Palembang. Pengabdiannya dilanjutkan di RSUP Dr. M Hosein Palembang sebagai Direktur Medik & Keperawatan, dan memimpin RSHS sejak tahun 2011 sampai Oktober 2014.
dr. Ayi Djembarsari, MARS
Direktur Utama tahun 2014-2017
Lulus dari Fakultas Kedokteran UNPAD, dr. Ayi Djembarsari bertugas banyak tempat, PKM Dengan Tempat Perawatan (DTP) Ujungberung, kemudian PKM DTP Cicalengka. Setelah beberapa bulan menjalani orientasi ia diberi tugas menjadi Kepala Puskesmas Cicadas, kemudian Puskesmas DTP Rancaekek dan Puskesmas Cinunuk. Setelah menghabiskan hampir 10 tahun di puskesmas wilayah Kabupaten Bandung sampai akhirnya pindah ke RS Kanker “Dharmais” ( RSKD ) di Jakarta pada tahun 1994. Tahun 2011 dr. ayi dipindahtugaskan ke RSCM sebagai Direktur Pengembagan dan Pemasaran.
Oktober 2014, ibu kelahiran 9 November 1957 ini ditugaskan menjadi Direktur Utama RSHS. Dibawah kepemimpinannya RSHS meraih sertifikasi ISO, akreditasi KARS, akreditasi JCI, dan banyak lagi. Setelah sekitar 3 tahun mengabdi di RSHS, dr. Ayi purna bakti pada bulan November 2017 dan kini aktif sebagai surveior KARS.