Kecil-kecil si cabai rawit, merupakan istilah bahasa Indonesia yang berarti “Kecil-kecil tapi hebat/berprestasi”. Nampaknya istilah ini berlaku bagi dirinya (cabai) sendiri. Karena meskipun kecil, ternyata kandungan cabai sangat banyak. Jika bagi sebagian orang yang tidak suka makanan pedas, cabai merupakan makanan yang menakutkan, bagi sebagian lain cabai adalah makanan yang dapat mengundang selera.
Namun, ternyata bukan sekedar mengundang selera, cabai memiliki kandungan betakaroten yang sangat tinggi. Selain itu, dalam situs www.conectique.com disebutkan, betakaroten juga berfungsi menjaga kesehatan jantung, melidungi tubuh dari efek buruk rokok dan polusi udara, melindungi seseorang dari ancaman alergi cahaya hingga 80%. Selain itu, betakareten juga membantu meningkatkan kekebalan tubuh. Itu sebabnya suplemen beta karoten masuk dalam daftar pengobatan yang diberikan kepada pasien penderita AIDS.
Cabai rawit banyak mengandung vitamin C dan betakaroten (provitamin A), lebih daripada buah-buahan seperti mangga, nanas, pepaya dan semangka. Bahkan kadar mineralnya terutama kalsium dan fosfor, mengunguli ikan segar. Cabai hijau dan paprika memiliki kandungan vitamin C yang lebih tinggi.
Zat yang membuat cabai terasa pedas adalah kapsaisin yang tersimpan dalam urat putih cabai, tempat melekatnya biji. Kapsaisin ini bersifat stomakik, yakni dapat meningkatkan nafsu makan. Belum lagi kemampuannya merangsang produksi hormon endorphin yang mampu membangkitkan sensasi kenikmatan.
Fungsi lain dari kapsaisin adalah mengencerkan lendir sehingga melonggarkan penyumbatan pada tenggorokan dan hidung, termasuk sinusitis. Kapsaisin juga bersifat antikoagulan dengan cara menjaga darah supaya tetap encer dan mencegah terbentuknya kerak lemak pada pembuluh darah. Itu berarti juga memperkecil kemungkinan menderita serangan stroke, jantung koroner dan impotensi.