I. Apa yang dimaksud dengan COVID-19 dan apa kaitannya dengan SARS-CoV2?
Severe Acute Respiratory Syndrome-Corona Virus 2 (SARS-CoV2) adalah virus corona yang dapat menyebabkan gejala berat saluran pernafasan. Awalnya ditemukan pada hewan tetapi di akhir tahun 2019 ditemukan pula pada manusia di kota Wuhan, China dan dapat ditularkan dari orang ke orang. Virus SARS-CoV2 menyebabkan penyakit virus corona-19 (Covid-19). Disebut demikian karena virus ditemukan pada tahun 2019. Penyakit Covid-19 merupakan penyakit infeksi yang menyerang saluran pernafasan dan dapat menimbulkan komplikasi ke berbagai organ tubuh. Gejala yang ditimbulkan umumnya ringan hingga sedang 80%, berat 15% dan yang mengancam jiwa (kritis) 5%.
II. Bagaimana pencegahan Covid-19?
Hingga saat ini belum diketahui obat definitif untuk Covid-19. Berbagai penelitian mengenai uji obat dan vaksin masih terus berlangsung. Sementara di satu sisi kita dihadapkan oleh pertambahan dan penularan SARS-CoV2 yang tiada hentinya. Maka yang terpenting saat ini adalah bagaimana mencegah diri agar tidak tertular serta tidak terinfeksi Covid-19. Salah satunya adalah dengan vaksinasi Covid-19.
III. Apakah manfaat vaksinasi Covid-19?
Tujuan vaksinasi adalah:
– Mengurangi transmisi atau penularan Covid-19
– Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19
– Mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity)
– Melindungi masyarakat dari Covid-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.
Upaya pencegahan melalui pemberian vaksinasi akan jauh lebih hemat biaya, dibandingkan upaya pengobatan.
Tidak seluruh penduduk di Indonesia dapat menerima vaksinasi Covid-19, seperti pada anak-anak dan ibu hamil atau menyusui, karena uji vaksin bagi populasi tersebut belum selesai dikerjakan. Bila dihitung secara total dari jumlah penduduk yang ada, maka untuk mencapai kekebalan kelompok diperlukan sekitar 70% (181,5 juta). Perhitungan ini dipengaruhi oleh basic reproduction number (R0), dengan rumus : 1- 1/R0. Bila diperkirakan R0 adalah 3 maka, jumlah penduduk yang diperlukan untuk mencapai herd immunity adalah 2/3 atau sekitar 70%. Basic reproduction number adalah jumlah rata-rata infeksi baru dari 1 sumber kasus.
Apakah itu vaksin?
Vaksin adalah sediaan antigen yang menimbulkan kekebalan terhadap suatu penyakit. Vaksin umumnya mengandung sejumlah kecil bahan yang menyerupai organisme patogen. Benda tersebut akan menginduksi sistem imun untuk mengenalinya sebagai suatu benda asing, lalu menghancurkan serta mengingatnya, sehingga sistem imun tubuh dapat dengan mudah mengenali dan menghancurkan jika kelak organisme tersebut menyerang.
Bagaimana cara kerja vaksin dan membantu melindungi tubuh?
Vaksin merupakan fragmen yang telah dilemahkan dari sifat bahaya suatu organisme. Antigen adalah unsur penting dalam vaksin. Ketika suatu patogen penyakit masuk dalam tubuh, maka tubuh akan mengenal sebagai antigen baru. Setiap antigen baru, tubuh perlu membangun suatu antibiodi spesifik yang khusus untuk menangkap antigen tersebut dan selanjutnya menghancurkannya.
Bagaimana perjalanan pembuatan vaksin?
Vaksin dibuat melalui proses yang lama. Didahului percobaan pada binatang, selanjutnya pada manusia. Pada manusia, proses uji klinis, dimulai dari fase 1, fase 2 dan fase 3. Fase 1 adalah pengujian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keamanan dan dosis vaksin. Setelah melalui fase 1 yang umumnya hanya melibatkan beberapa pasien (jumlah puluhan), akan dilanjutkan fase 2 dengan jumlah lebih banyak (mencapai ratusan). Tujuan fase 2 sama halnya seperti fase 1 adalah untuk menilai efikasi dan keamanan vaksin. Setelah fase 2, dilanjutkan fase 3 dengan jumlah sampel yang lebih banyak lagi (mencapai ribuan). Tujuan fase 3 seperti juga fase 2 yaitu menilai efikasi dan keamanan vaksin.
Vaksin apa saja yang akan tersedia di Indonesia?
Apa perbedaan efikasi dan efektivitas vaksin?
– Efikasi vaksin adalah penurunan insiden penyakit pada kelompok yang divaksinasi dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi pada kondisi optimal (uji klinik)
– Efikasi vaksin Sinovac:
Di Indonesia: 65,3%
Di Turki: 91,25%
Di Brazil: 50,4%
Terjadi perbedaan efikasi vaksin di berbagai negara karena uji klinik dilakukan dengan protokol yang berbeda-beda di masing-masing negara.
– Efektivitas vaksin adalah kemampuan vaksin dalam mencegah penyakit yang sesuai pada populasi dunia nyata.
Berapa lama masa efektif vaksin Covid-19 bertahan?
– Suntikan vaksin pertama sudah meningkatkan antibodi, tetapi kadarnya masih rendah.
– Kadar antibodi yang dapat menetralisasi virus, terbentuk 14 hari setelah suntikan kedua.
– Semua vaksin Covid-19 belum dapat ditentukan keperluan boosternya karena lama pengamatan titer antibodi pada uji klinik vaksin Sinovac paling lama 6 bulan setelah suntikan kedua. Namun telah direncanakan untuk dilakukan pemberian booster 1 tahun sejak diberikan vaksinasi pertama.
Apa itu Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)?
Adalah semua kejadian yang terjadi dalam 28 hari pasca vaksinasi. Kejadian tersebut dapat berhubungan atau tidak ada hubungannya dengan vaksinasi. Jadi cakupan KIPI lebih luas daripada efek samping.
Efek samping yang terjadi setelah imunisasi dapat berupa :
– Reaksi lokal: nyeri, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan
– Reaksi sistemik: demam, nyeri otot seluruh tubuh, nyeri sendi, nyeri kepala dan lemah badan
– Reaksi lain: alergi (gatal, bengkak), reaksi anafilaksis dan pingsan
IV. Kesimpulan
Covid-19 merupakan penyakit infeksi yang sangat menular. Penularan SARS-CoV2 terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung, melalui percikan ketika seseorang batuk, bersin atau berbicara dan melalui udara bila berada di dalam ruangan tanpa ventilasi yang baik. Tanda dan gejala Covid-19 sangat bervariasi, umumnya ringan atau sedang, namun dapat pula berat hingga fatal.
Belum ada obat yang definitif untuk Covid-19, sehingga yang terpenting adalah menjalani pencegahan. Salah satu pencegahan agar terlindungi dari penyakit adalah vaksinasi. Tujuan vaksinasi adalah mengurangi penularan, menurunkan angka kesakitan dan kematian, mencapai kekebalan kelompok serta melindungi masyarakat dari Covid-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.
dr. Yovita Hartantri, Sp.PD-KPTI
KSM Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung